Selasa, 29 Januari 2013

Olahraga di Sekolah

Pelaksanaan dan Hambatan dalam Pelaksanaan Olahraga di Sekolah

Pelaksanaan Olahraga di Sekolah
Pada prinsipnya, pengembangan olahraga di masyarakat (termasuk sekolah) berpijak pada tiga orientasi, yaitu olahraga sebagai rekreasi, olahraga sebagai kesehatan, dan olahraga untuk prestasi. Sebagai rekreasi dan kesehatan, semboyan di era tahun 1980-an “memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat” mampu menggerakkan masyarakat dengan aktivitas olahraga masal, murah, dan meriah seperti lari pagi (jogging), gerak jalan atau senam pagi. Krisis moneter yang mendera bangsa kita membuat slogan tersbut meredup. Kesulitan ekonomi ini memaksa masyarakat kembali berjuang sekedar bertahan hidup dan melupakan olahraga. Sementara itu, kondisi objektif olahraga di sekolah sangat bergantung pada kebijakan sekolahnya dan banyak yang menganggap mata pelajaran olahraga tidak penting.
Program pengajaran pendidikan jasmani adalah tempat untuk mengajarkan keterampilan, strategi, konsep – konsep, serta pengetahuan esensial yang berkaitan dengan hubungan antara kegiatan fisik dengan perkembangan fisik, otot dan syaraf, kognitif, sosial, serta emosional anak. Ini berarti bahwa program pendidikan jasmani yang baik bertindak sebagai dasar yang kokoh dan solid untuk seluruh program olahraga dan aktivitas fisik di sekolah dan masyarakat.
Di dalam intensifikasi penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah sangat penting, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain dan olahraga yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.

Hambatan dalam Pelaksanaan Olahraga di Sekolah
Siswa – siswi di setiap jenjang sekolah, hakikatnya adalah “bahan baku” calon atlet. Dengan seleksi dan sistem pembinaan terarah, bukan tidak mustahil lahir atlet – atlet berprestasi skala nasional atau regional bahkan internasional dari lingkungan anak didik kita.
Namun dalam kenyataannya, pelajaran olahraga di sekolah banyak mengalami hambatan, seperti sarana dan prasarana berupa peralatan dan lapangan kurang memadai, lemahnya dukungan pihak sekolah, perubahan sikap, dan gaya hidup glamor siswa menjadikan pelajaran olahraga sekedar formalitas belaka. Sebagai pembelajaran kurikuler di sekolah, target pembelajaran sebatas memenuhi tuntutan kurikulum semata, sehingga kurang bisa diharapkan dari sisi perolehan prestasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar