Pelaksanaan dan Hambatan dalam Pelaksanaan Olahraga di Sekolah
Pelaksanaan Olahraga di Sekolah
Pada prinsipnya,
pengembangan olahraga di masyarakat (termasuk sekolah) berpijak pada tiga
orientasi, yaitu olahraga sebagai rekreasi, olahraga sebagai kesehatan, dan
olahraga untuk prestasi. Sebagai rekreasi dan kesehatan, semboyan di era tahun
1980-an “memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat” mampu
menggerakkan masyarakat dengan aktivitas olahraga masal, murah, dan meriah
seperti lari pagi (jogging), gerak
jalan atau senam pagi. Krisis moneter yang mendera bangsa kita membuat slogan
tersbut meredup. Kesulitan ekonomi ini memaksa masyarakat kembali berjuang
sekedar bertahan hidup dan melupakan olahraga. Sementara itu, kondisi objektif
olahraga di sekolah sangat bergantung pada kebijakan sekolahnya dan banyak yang
menganggap mata pelajaran olahraga tidak penting.
Program pengajaran
pendidikan jasmani adalah tempat untuk mengajarkan keterampilan, strategi,
konsep – konsep, serta pengetahuan esensial yang berkaitan dengan hubungan
antara kegiatan fisik dengan perkembangan fisik, otot dan syaraf, kognitif,
sosial, serta emosional anak. Ini berarti bahwa program pendidikan jasmani yang
baik bertindak sebagai dasar yang kokoh dan solid untuk seluruh program
olahraga dan aktivitas fisik di sekolah dan masyarakat.
Di dalam
intensifikasi penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia
yang berlangsung seumur hidup, peranan pendidikan jasmani, olahraga, dan
kesehatan adalah sangat penting, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani,
bermain dan olahraga yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman
belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan
aktif sepanjang hayat.
Hambatan dalam Pelaksanaan Olahraga di Sekolah
Siswa
– siswi di setiap jenjang sekolah, hakikatnya adalah “bahan baku” calon atlet.
Dengan seleksi dan sistem pembinaan terarah, bukan tidak mustahil lahir atlet –
atlet berprestasi skala nasional atau regional bahkan internasional dari
lingkungan anak didik kita.
Namun
dalam kenyataannya, pelajaran olahraga di sekolah banyak mengalami hambatan,
seperti sarana dan prasarana berupa peralatan dan lapangan kurang memadai,
lemahnya dukungan pihak sekolah, perubahan sikap, dan gaya hidup glamor siswa
menjadikan pelajaran olahraga sekedar formalitas belaka. Sebagai pembelajaran
kurikuler di sekolah, target pembelajaran sebatas memenuhi tuntutan kurikulum
semata, sehingga kurang bisa diharapkan dari sisi perolehan prestasi.